Kamis, 25 November 2010

Apa Kabar Fatwa Buat Rokok dan RUU Nikah Siri


              Hampir seluruh paham masyarkat bumi mengatakan manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, alasannya karena manusia diberiNya akal. Adakah manusia yang masih belum berakal? Sejauh ini orang gila saja pun masih kita lihat berakal, selain memiliki fisik yang berbeda dengan mahkluk lain, toh orang gila masih berpikir untuk menentukan tong sampah mana yang harus ia capai untuk mendapatkan nasi basi didalamnya.
            Lain lagi dengan orang yang memiliki titel panjang didepan atau dibelakang namanya, dengan ilmu pengetahuan yang didapatinya dari salah satu atau beragam lembaga akademik, mereka lalu berani mengkotak-katik sesuatu agar dapat digunakan di luar alur ketentuan yang sudah ditetapkan.
            Contohnya simarkus, dengan mengkotak-katik sesuatu ia pun mendapati popularitasnya semakin melejit, bahkan hampir-hampir para reporter dari berbagai stasiun televisi jatuh hati kepadanya.
            Sulit membedakan mana hasil manifestasi akal dan mana hasil dari akal-akalan, apalagi saat menyaksikan masyarakat Indonesia dibingungkan oleh fatwa yang mengharamkan rokok, sementara rakyat tak mau juga melihat pemerintahnya tidak tegas untuk menanggapi fatwa tersebut, rakyat tahu kalau pendapatan negara akan berkurang jika sebagian besar rakyat Indonesia tidak membeli rokok lagi.
            Mudah-mudahan saja mereka berdua tidak sedang berkualisi untuk membuat rakyat bodoh, atau memimpinnya kearah jalan buntu, sebab rokok masih juga diperdagangkan dengan peringatan yang sengaja ditulis disetiap kemasan sebungkus rokok, kemudian fatwa haramnya masih lagi digembar-gemborkan.
            Salut pada para pengkhotbah panatik yang memegang dan sangat membanggakan paham kolotisme. Karena keberanian mereka mengkotak-katik sesuatu dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki akhirnya mereka pun berhasil mengingkari Al Qur’an sebagai kitab suci yang mereka imani (percayai) selama ini.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.[16:116]

            Belum lagi jika kita masuk pada kedalaman soal baru yang mereka keluarkan, didukung dengan Rancangan Undang Undang oleh pemerintah, akhirnya nikah siri pun diberi fatwa haram. Nikah siri yang memudahkan proses pernikahan itu memang pernah mengalami penyalahan pungsi, hingga tidak hanya para selebritis yang berkegiatan kawin cerai, tapi para pemuka negeri dan agama, bahkan sampai-sampai rakyat jelatah pun pernah berperan dalam kegiatan ini.
            Lalu bukan berarti dengan mengkotak-katik ilmu pengetahuan lantas menjadi gampang bagi kita untuk mengharamkan nikah siri sebagaimana yang dibuatkan para pemuka yang selama ini dianggap panutan.

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.[5:87]

            Tulisan ini tidak menyatakan serta dalam debat kusir antara sepakat atau tidak terhadap fatwa haram dan Rancangan Undang Undang Nikah Siri tersebut, artikel ini lebih kepada niat mengingatkan, bahwa untuk memutuskan segala sesuatu agar sampai pada keseimbangan ternyata tidak bisa hanya mengandalkan ilmu pengetahuan saja, sebab disamping akan menciptakan kesimpang siuran dalam aplikasinya juga dapat menyebabkan kelalaian.
            Para panutan yang terkesan arogan kemudian terlanjur mengeluarkan fatwa haram dan Rancangan Undang Undang nya adalah otentik dari pernyataan diatas, mereka telah terbukti lalai terhadap ayat-ayat Tuhan yang sampai hari ini belum terhapus didalam kitab suci Al Qur’an, atau mereka sengaja menyampingkannya lalu beranggapan ilmu pengetahuan merekalah yang paling hebat, lantas patut untuk dikedepankan.

Katakanlah, “terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebahagiannya halal”. Katakanlah, “apakah Allah telah memberikan ijin kepadamu, ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?[10:59]

            Dari manapun sumber setiap ilmu pengetahuan yang kita miliki merupakan rezeki dari Allah, akan tetapi ilmu pengetahuan bukan segala-galanya yang bisa dipakai untuk menyelesaikan berbagai persoalan, dan tidak ada bukti yang menguatkan fakta ini.
            Jika pergeseran yang terlanjur sudah membudaya, mengenai anggapan bahwa ilmu pengetahuan adalah alat untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman, maka ketidak sadaran yang penuh juga akan menggeser keyakinan serta pandangan manusia terhadap Tuhan nya.
            Ada lagi keanehan yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia seolah menuhankan orang-orang berilmu, atau banyak guru yang menuntut muridnya agar menganggap dirinya sebagai tuhan.

Mereka menjadikan orang-orang  alim dan rahib-rahibnya sebagai tuhan selain Allah, dan Al masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Maha suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.[9:31]

            Jangan salah menilai artikel ini tidak berpihak pada ilmu pengetahuan, sebaliknya artikel ini justru lebih mengundang kita untuk lebih berupaya mencapai kecerdasan yang original, agar kita tdak terjebak dengan berbagai propaganda. Kemudian dengan kecerdasan yang original kita tidak akan menuhankan apa pun selain Allah, dan kita tidak saling menuhankan salah seorang diantara kita, karena aku bukan tuhan, salam.***                                   
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar