Kamis, 25 November 2010

Isyarat Dibalik Sebuah Karikatur


            Ada ketakutan, risau, bercampur geli (lucu), ketika mendengar umat Islam sedunia marah pada salah satu negara di eropa, kemarahan itu timbul karena seniman asal negeri itu menyertakan karikaturnya dalam sebuah pameran.
            Karikatur yang disaksikan banyak orang itu menggambarkan sosok lelaki, mengenakan pakaian tradisi Arab dan disertakan bom diantaranya. Menurut isu yang tersebar lelaki dimaksud adalah Nabi Muhammad, lantas umat yang mengaku Islam spontan menjadi tersinggung dan marah, langsung melakukan aksi dimana-mana, merasa idolanya telah dihinakan. Jengkelnya lagi saat terfokus pada gambar bom, ini sebab mereka jadi berfikir kalau sipelukis berspekulasi, mengatakan Nabi Muhamad adalah teroris, atau orang muslim adalah teroris.
Benar demikian, sejauh ini kita tidak dapat mengetahui, karena sampai hari ini seniman dimaksud belum bicara kepada publik tentang apa yang ingin ia sampaikan. Ini alasan mutlak, bukti kita belum mengetahui, atau penulis sedang ketinggalan imformasi?
            Kemarahan mereka terkesan terlalu cepat mengeluarkan nilai buruk terhadap karikatur, sipelukis, dan bahkan negaranya. Akhirnya reaksi yang lahir adalah tindakkan prematur, terbukti tidak melahirkan arti. Begitupun sipelukis, sampai artikel ini keluar kita masih belum mengerti apa maksudnya memamerkan karikatur itu.
Walau keduanya tidak memberikan arti, fenomena itu ternyata mengantarkan isyarat yang sungguh diluar akal kita selama ini. Begitu pun tergantung apa kita sanggup membenarkan isyarat tersebut, saat dibukakan, atau sebaliknya akan banyak yang menolak isyarat ini.
Kita tidak bisa mengelak, bahwa kehadiran sipelukis dimuka bumi ini atas kehendak Tuhan. Seolah pasrah jika membawa Tuhan dalam pembicaraan ini, karena tidak seorang pemikir pun yang dapat menterjemahkan tujuan sipelukis, maka menjadi pantas jika masalah ini dikembalikan kepada Tuhan.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

            Jika fenomena itu dicerna dengan fikiran jernih, tentu kemarahan tidak akan tercipta apalagi reaksi. Jauh sebelumnya kita sudah dipesankan, bahwa tidak seorangpun yang bisa menggambarkan wajah Nabi Muhammad, mesti pun dalam bentuk karikatur. Pengetahuan ini seharusnya dijadikan landasan berfikir, bahwa sosok karikatur itu bukan Nabi Muhammad, seniman itu tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad.
            Tapi nasi sudah menjadi bubur, karikatur sudah dipamerkan, reaksi telah timbul hampir diseluruh belahan dunia. Peristiwa ini tak dapat dibendung, apa lagi dihindari, karena kehendak Tuhan menjadikan fenomena ini pelajaran sekaligus isyarat bagi yang mau berfikir.
            Seandainya peristwa itu masih hangat, kalau negara atau seniman itu ingin meminta ma’af kepada umat Islam sedunia, tentu ucapan ma’af itu tidak sah, jika dihantarkan hanya lewat publikasi, walau dengan rekaman video khusus. Lebih layak jika penyampaian ma’af itu dilakukan dengan cara formil, tentulah dengan membuka forum, dimana forum itu akan mempertemukan kedua belah pihak.
            Pihak pemohon tentu sipelukis didampingi dengan deputi mewakili atas nama negara, atau pemimpin negara (Presiden). Begitu juga pihak yang memberi ma’af, umat Islam sedunia harus menghadirkan utusannya didalam forum tersebut. Siapa yang diutus oleh pihak yang memberi maaf ? Tentu pemimpin, atau utusan sipemimpin. Lalu siapakah pemimpin umat Islam sedunia saat ini? Disini kita menjadi binggung, pemikir yang bergelar Profesor tidak bisa menjawab pertanyaan ini, sebab itu jadikanlah fenomena ini menjadi bahan pemikiran yang dalam.
            Walau pun sipelukis mengatakan lelaki didalam karikatur itu adalah Nabi Muhammad, tidak ada kerugian jika dibenarkan, sebab di masa Nabi Muhammad hidup saat menjalani tugas dari Tuhan untuk mensi’arkan Al Qur’an, dunia goncang, seperti ada nuklir yang meledak. Mata dunia terbelalak menyaksikannya, sebab beliau mengumandangkan yang belum pernah didengar umat manusia saat itu.
            Mestinya kita harus mengucapan terimakasih yang sebesr-besarnya kepada sipelukis, ternyata karikatur yang ia pamerkan adalah pujian. Secara tidak langsung ia mengatakan Nabi Muhammad adalah lelaki super yang mendunia, sampai hari ini namanya masi di kenang bahkan dikultuskan.
            Kemudia satu pesan lgi sipelukis mengatakan, jika di zaman ini seorang lelaki datang dengan tugas sebagaimana Nabi Muhammad, tentu akan menggetarkan dunia, semua mata akan terbelalak lebar. Dengan kata lain -kedatangan seorang lelaki dengan misi langsung dari Tuhan itu seperti bom waktu, siap meledak sesuai waktu yang ditetukan.
            Ini hanya isyarat, Tuhan memilih karikatur sebagai media, sipelukis adalah wayang, tidak mengerti bahwa sesungguh ia dikendalikan.
             Dengan mata telanjang benar fikiran, keterampilan juga keingina sipelukislah yang mewujudkan karikatur itu. Tapi perlu diingat tubuh sipelukis hanyalah sebuah wadah dimana Tuhan menempatkan rencana tersembunyiNya.
            Isyarat dasyat ini pesan kepada yang dituju agar menyiapkan diri untuk sesuat yang dianggap penting. Jika pesan dalam isyarat ini untuk seluruh umat manusia, maka yang harus menyiapkan diri adalah seluruh umat manusia.
            Apakah yang Tuhan maksud kepada umat manusia di zaman ini? itu menjadi muatan terpenting, secara bertahap akan lebih baik untuk mengetahuinya, karena belum tentu artikel ini dapat diterima oleh semua kalangan, toh- seperti yang dikatakan tadi, artikel ini hadir karena Tuhan, sama seperti karikatur itu, semua karena Tuhan.
Salam.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar